Monday, March 19, 2012

Teori Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. (Moh. Surya, 1981 : 32). Para ahli psikologi dalam eksperimennya telah menemukan beberapa teori belajar yang dapat digolongkan menjadi dua teori, yaitu teori behavioristik-elementaristik dan teori kognitif wholistik.
Dalam hal pengembangan media, yang menjadi landasan adalah teori kognitif wholistik. Menurut Sumadi Suryabrata (1982/1983 : 35) ciri-ciri dari teori kognitif adalah sebagai berikut : (1) Mementingkan apa yang ada pada diri si pelajar, (2) Mementingkan keseluruhan, (3) Mementingkan peranan fungsi kognitif, (4) Mementingkan keseimbangan dalam diri si pelajar (dynamis equilibrium), (5) Mementingkan kondisi yang ada pada waktu ini (sekarang), dan (6) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Teori kognitif wholistik dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu (1) Teori Gestalt, (2) Teori Medan, dan (3) Teori Humanistik. Dalam pengembangan media teori yang dipakai sebagai landasan adalah teori gestalt.


Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan (1995 : 82) mengemukakan bahwa dalam teori Gestalt, pengalaman fenomemonologis merupakan akibat dari penginderaan, dan pengalaman-pengalaman psikologis timbul dari penginderaan elemen-elemen itu sendiri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan (1995 : 85) mengemukakan beberapa prinsip yang dalam teori Gestalt, prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut : (1) Figure Ground Relationship, (2) Prinsip Similarity, (3) Prinsip Proximity, (4) Prinsip Inclusiveness, (5) Prinsip Commonfate, (6) Prinsip Clossure.
Prinsip Figure Ground Relationship yaitu menyatakan suatu bidang persepsi dibagi menjadi suatu obyek perhatian dan suatu bidang diffusi yang mempunyai latar belakang. Antara figur dan latar belakang saling berhubungan, tergantung pada hal yang menjadi pusat perhatian.
Pada Prinsip Similarity mengemukakan bahwa, dalam suatu pengamatan jika terdapat obyek-obyek yang mempunyai kemiripan (similiarity) satu sama lain akan diorganisir ke dalam satu persepsi.
Prinsip Proximity yaitu dalam sebuah pengamatan obyek-obyek yang saling berdekatan akan tampak sebagai satu unit persepsi. Contoh : sebagian besar orang berpersepsi bahwa ikan arwana, adalah ikan-ikan kecil yang memakan daging.
Prinsip Inclusiveness yaitu meyakini adanya suatu kecenderungan untuk merespon obyek dalam lingkaran yang berisi jumlah stimulus terbanyak. Contoh : persepsi terhadap orang yang memiliki tatto adalah mantan narapidana, karena sebagian besar orang yang bertatto adalah mantan narapidana.
Prinsip Commonfate yaitu adanya kecenderungan untuk melihat gerakan obyek-obyek dalam arah yang sama sebagai satu unit persepsi. Obyek yang bergerak bersama-sama dalam suatu arah yang sama atau dalam suatu pola yang sama akan dikelompokkan bersama dalam medan persepsi.
Prinsip Clossure yaitu menyatakan bahwa setiap orang rata-rata memiliki tendensi untuk melengkapi atau mengisi pengalaman-pengalamn yang tidak lengkap, agar menjadi lebih berarti. Contoh : bila kita melihat garis putus-putus yang mendekati lingkaran, ada kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi garis tersebut sehingga menjadi lingkaran yang komplit.